Wednesday, November 28, 2007

AJAL ITU PASTI

“Orang mati lagi” keluhku. Heran aku, sudah banyak orang mati tapi kenapa tambah banyak pula orang yang berbuat dosa. Kapankah aku mendapat giliranya? Tidak! Aku masih belum ingin mati!, aku masih ingin hidup, aku masih ingin menikmati kekayaan yang aku peroleh dengan jerih payahku sendiri. Ah! Tidak mungkin aku mati sekarang toh aku masih muda dan belum menikah lagi, lupakan saja soal kematian tak usalah aku memikirkanya. Seketika itu peperangan yang terjadi di hatiku berhenti.
Keesokan harinya. Ketika di kantor “Yud, gimana kemarin saudaramu, sudah kembali kesisi Nya?” Spontan teman-teman sekantor mentertawakan pertanyaan itu. “Sudah” jawabku singkat. Ledekan itu tidak berhenti sampai situ “Kapan kamu mendapat giliranya?” teman-teman pun menertawakannya lagi, seolah-olah kematian tersebut adalah sebuah lelucon dan mainan. Aku hanya diam tak berkata sepatah kata pun. Pikiranku terfokus pada kematian, tidak! Aku tidak mau mati, aku masih ingin hidup. Deru tawa teman-teman terbayang dalam pikiranku. Telingaku sudah tidak kuat lagi untuk mendengarnya. Akhirnya aku pergi meninggalkan ruangan itu.
Sore itu aku sedang duduk-duduk menikmati pemandangan luar. Sebuah mobil Avanza berhenti di depan rumahku, “kelihatanya aku kenal mobil itu?” Tanyaku penasaran. Aku tersentak kaget dan langsung berdiri dari dudukku ketika aku melihat yang keluar dari mobil itu Wahyu. Mau apa dia datang kerumahku? apa mau mengejek aku lagi?. Dia tersenyum kepadaku sambil berjalan menghampiriku. Dia menyalamiku, aku memepersilahkan dia duduk dia membalasnya dengan senyum. Tiba-tiba dadaku sesak perasaanku tidak enak, aku harus siap mental ini, jangan-jangan dia mengejekku lagi. Dia membuka pembicaraan “Kedatanganku mengganggu mu?” “Oh, ti..dak!” jawabku gugup “malahan aku sedang santai, a..da apa, kok tum..ben kemari? Tanyaku dengan mencoba menghilanhkan rasa gugupku. Dia hanya diam dan tersenyum tidak menjawabnya. Aneh, pikirku. Ada apa dengan Wahyu?. 3 menit lamanya aku kami diam, “ Kedatanganku kesini, mau minta maaf soal tadi siang” Aku tersentak kaget. “ kamu mau kan maafkan aku?”. Aku tidak bias mengatakan apa-apa, aku hanya mengangguk mengiyakan. “ Makasih, aku harus pamit masih banyak urusan yang harus aku kerjakan. Selamt sore”. Dia menjabat tanganku dan berjalan keluar. Aku masih terbengong dan tidak percaya sampai bayangan mobil wahyu menghilang. Aku mimpi? Wahyu minta maaf? Padahal dia sangat membenciku dan selalu bersaing dalam masalah pekerjaan, dia tidak mau kalah denganku.
Tiba-tiba pikiranku langsung menuju ke kematian. Aku ingat kata seorang Ustadz pada waktu aku mengikuti sebuah pengajian. Beliau berkata seseorang sudah menjadi mayat 40 hari menjelang kematiannya. Dan sikapnya akan berubah menjadi baik. Mungkinkah Wahyu akan mati? Malang sekali nasibnya, padahal dia belum menikah?. Aku sudah memaafkan mudah-mudahan kau kembali ke sisi Nya dengan tenang. Ketika itu aku tidak terpikir kalau aku pun akan mendapat gilirannya enyah yang ke nomor berapa. Sudah lah tidak usah dipikirkan yang penting besok dan lusa aku belum mendapatkan giliran.
Aku begitu takut dengan kematian, entah kenapa. Padahal semua orang yang hidup pasti akan mati. Kematian seolah-olah momok bagiku dan aku selalu berusaha untuk menghindarinya. aku pun tahu kematian tidak bias dihindari tapi aku harus menghindarinya. Pokoknya aku tidak ingin mati! Teruiakku dalam hati.
Keesokan harinya aku berangkat kekantor dengan perasaan tenang dan tubuh yang fresh. Aku sudah tidak memikirkan mati lagi karena bukan giliranku. Mobil ku setir dengan nyaman. Sesampai dikantor ku tebarkan senyum semanis-manisnya sehingga seluruh kantor pun terheran-heran. Aku tidak menggubrisnya. Aku percaya karena hari ini adalah hari baikku. Aku duduk di meja kerjaku, wahyu menghampiriku “ Yuda, ada apa gerangan, kelihatnya kau sedang senang?” “ Iya, ini adalah hari terbaik ku” jawabku singkat. “ Yu, aku minta maaf mungkin aku punya salah sama kau” kata-kata itu tak tersadar terucap oleh mulutku. Wahyu hanya mengangguk dan menghilang dari hadapanku.
Jam pulang tiba. Aku menuju lobi bawah. Ketika mau pulang wahyu memanggilku “ Yud, mau pulang?” “ Iya” “ Boleh numpang, mobil masih di bengkel” aku mengangguk tanda meng iyakan. Di perjalanan tak disengaja mobil kusetir dengan cepat, kami berbincang-bincang sambil tertawa. Tiba-tiba ada truk dari depan aku tidak bias menghindar akhirnya mobilku menabrak dan hancur.
Ku buka mataku. Terlihat dinding putih, kain putih, semua serba putih. Rumah sakit rupanya, terkaku dalam hati. Aku bangkit dari tempat tidurku. Seperti ada yang aneh? Ini aku tapi siapa yang sedang berbaring di situ? Sekilas mirip aku. Tidak! Itu bukan aku. Ku lihat sekelilingku. Mayat. Tidak mungkin aku mati, aku pasti salah orang. Aku berlari dengan cepat. Tiba-tiba mataku tertuju oleh sebuah ruangan. “ Wahyu?” ku lihat wahyu berbaring di ruang ICU. Aku masuk untuk memperjelas pandanganku. Tidak mungkin! Seharusnya yang mati bukan aku tapi dia. Hari-hari ini tingkahnya aneh. Aku belum mati, aku masih hidup!”
Aku tidak menyadari. Sikap ku aneh akhir-akhir ini ternyata ajal telah menjemputku. Aku tertunduk dan bersujud tidak mau menerima kenyataan ini.



Read More......