Wednesday, January 16, 2008

Hubungan Mesum Pangeran Samudo dan Nyai Kumitir

(pesona sex gunung kemukus)

Pangeran samudra dipercaya salah satu keturuan dari mataram, kisahnya yang melegenda dengan nyai kumitir sangat tersohor di penjuru pulau Jawa dan merupakan salah satu cerita rakyat. Legenda pangeran samudara di gunung kemkus memilikin banyak fersi dan masyarakat jawa percaya makam yang terletak di gunung kemukus membawa berkah tersendiri, bahkan makam pangeran samudro dan nyai kumitir dianggap memiliki tuah atau kekuatan gaib yang memberi keselamatan atau berkah bagi gara pezarah.
Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, 30 km sebelah utara Solo. Untuk mencapai daerah ini tidak terlalu susah, dari Solo kita bisa naik bis jurusan Purwodadi dan turun di Belawan (di sebelah kiri jalan akan kita temukan pintu gerbang yang bertuliskan "Daerah Wisata Gunung Kemukus") dari sini kita bisa naik "ojek" atau berjalan kaki menuju tempat penyeberangan dengan perahu. Perlu diketahui bahwa sejak penggenangan Waduk Kedung Ombo, Gunung Kemukus menjadi seperti sebuah "pulau" tetapi pada waktu musim kemarau air akan surut dan praktis kita tidak memerlukan lagi jasa penyeberangan.


Di Gunung Kemukus inilah terletak sebuah makam yang dikeramatkan banyak orang yaitu makam Pangeran Samudro, sehingga peziarah berdatangan ke tempat ini untuk memohon berkah/keberhasilan. Sebenarnya ada banyak maksud orang datang ke tempat ini, mencari pesugihan (kekayaan), memohon jodoh, mohon agar naik pangkat/mendapatkan pekerjaaan, menikmati seks bebas dan sebagainya, dahulu sewaktu masih ada undian nasional berhadiah (KSOB, PORKAS, TSSB, SDSB) orang berdatangan meminta angka-angka rama lan.
Menurut Humas Kabupaten Sragen, wilayah ini mulai tahun 1983 dikelola oleh Dinas Pariwisata Sragen, setelah sebelumnya dibawah pengelolaan Dinas Pendapatan Daerah. Gunung Kemukus identik sebagai kawasan wisata seks karena di tempat ini orang bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan untuk menjalani laku ritual ziarahnya, itulah syarat kalau mereka ingin kaya dan berhasil. Dalam suatu aturan yang tak resmi disyaratkan bahwa setiap peziarah harus berziarah ke makam Pangeran Samudro sebanyak 7 kali yang biasanya dilakukan pada malam Jum'at Pon dan Jum'at Kliwon atau pada hari-hari dan bulan yang diyakhini baik, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan suami atau istrinya (mereka boleh membawa pasangannya sendiri atau mungkin bertemu di sana), pada hari yang terakhir kedatangannya yang ke 7 kalinya, peziarah harus melakukan slametan (semacam syukuran dengan menyembelih ayam atau kambing) yang dipimpin oleh juru kunci untuk mensyukuri penggenapan laku ziarahnya itu dan memohon berkah agar keinginannya berhasil.
Pertama kali pengunjung yang bermaksud berziarah datang biasanya mereka harus menemui juru kunci, kepada juru kunci mereka mencer itakan apa maksud kedatangannya, setelah itu masuk ke dalam beranda makam dan menaburkan kembang telon/bunga tiga macam sambil memohon agar terkabul permintaannya. Syarat laku yang kemudian dilakukan adalah tradisi "bersetubuh" dengan pasangan yang bukan suami atau istrinya dan mereka sengaja tidak tidur semalam dengan menggelar tikar di bawah pohon di sekitar makam bersama pasangannya itu.
Legenda Pangeran Samudro Sebagai Latar Belakang adanya kepercayaan laku ziarah.
Sebagaimana umumnya tempat-tempat ziarah lainnya, tumbuh subur pula legenda disekeliling obyek wisata Gunung Kemukus. Dalam kompleks ini selain terdapat makam Pangeran Samudro juga terdapat makam ibu tirinya dan para pengikutnya, dan didekatnya terdapat Cerita tentang Pangeran Samudro sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di sekitar Gunung Kemukus walaupun cerita tersebut tidak jelas asal-usulnya dan terdapat dalam banyak versi, catatan-catatan sejarah tidak ada yang pernah mengungkapkan kebenaran cerita ini.

Dikisahkan tentang seorang Pangeran dari kerajaan Majapahit yang bernama Pangeran Samudro (ada yang menyebut bangsawan ini berasal dari Majapahit, ada pula yang menduga dari zaman Pajang), si oedipus yang jatuh cinta kepada ibunya sendiri (Dewi Ontrowulan). Ayahanda Pangeran Samudro yang mengetahui hubungan anak-ibu tersebut menjadi murka dan kemudian mengusir Pangeran Samudro. Dalam kenestapaannya, Pangeran Samudro mencoba melupakan kesedihannya dengan melanglang buana, akhirnya ia sampai ke Gunung Kemukus.
Tak lama kemudian sang ibunda menyusul anaknya ke Gunung Kemukus untuk melepaskan kerinduan. Namun sial, sebelum sempat ibu dan anak ini melalukan hubungan intim, penduduk sekitar memergoki mereka berdua yang kemudian merajamnya secara beramai- ramai hingga keduanya meninggal dunia. Keduanya kemudian dikubur dalam satu liang lahat di gunung itu juga. Tapi menurut ceritera, sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Pangeran Samudro sempat meninggalkan sebuah pesan yaitu kepada siapa saja yang dapat melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul semua permintaannya.
Konon selengkapnya ia berujar demikian, "Baiklah aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku. Siapa yang mau meniru perbuatanku , itulah yang menebus dosaku dan aku akan membantunya dalam bentuk apapun.
Cerita-Cerita Lain Tentang Pangeran Samudro.
Dalam sebuah brosur yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Sragen (sekarang sudah tidak beredar lagi) diterangkan bahwa Pangeran Samudro adalah seorang pahlawan, karena itu ia patut dicontoh. Dalam data historis versi Pemda itu tercatat, pangeran Samudro pernah hidup pada saat runtuhnya kerajaan Majapahit, sekitar tahun 1478. Ketika Majapahit bedah, dan muncul Raden Patah sebagai raja yang mendirikan kerajaan Islam Demak, maka saudara- saudaranya yang lain, dari putra-putra Brawijaya V, memilih lari dari kerajaan. Dalam hal ini, Pangeran Samudro tetap teguh pada agama Syiwa-Budha yang diyakininya. Pangeran Samudro beserta para saudara dan pengikutnya itu,yang akhirnya memilih Gunung Kemukus sebagai tempat persembunyian akhir, adalah cikal bakal penduduk desa di sekitar Gunung kemukus kini.
Tetapi cerita yang lebih subur adalah cerita-cerita yang menggunakan idiomatik seks. Selain versi cerita seperti diatas bahwa Pangeran Samudro adalah pangeran yang mencintai ibunya ada pula versi yang menyebutkan bahwa pangeran Samudro adalah lelaki urakan yang suka menggoda isteri orang. Nah, versi yang menggunakan idiomatik seks seperti itu yang sekarang lebih banyak dipercayai orang, dan agaknya cerita ini bercampur aduk dengan cerita versi Pemda Sragen yang menokohkan Pangeran Samudro sebagai pahlawan yang patut dicontoh. Kesimpangsiuran cerita tentang siapa sebenarnya Pangeran Samudro ternyata tak membuat ragu para peziarah yang datang, mereka tetap teguh pada keyakhinan bahwa makam ini akan memberikan berkah bagi siapa yang mempercayainya. Tak jarang ditemukan peziarah yang menangis tersedu-sedu di atas batu nisan makam ataupun menyembah-nyembah makam ini.
Dan apa yang kemudian terjadi di Gunung kemukus? Mitos-mitos yang simpang siur seperti diatas menyuburkan tumbuhnya warna lain: Pelacuran yang dilegalisir oleh adanya kepercayaan tersebut.
Kemukus Wisata Spiritual Atau Wisata Yang Tak Jelas Identitasn ya?
Mengamati laku ziarah yang ada di Kemukus kita pasti diperten tangkan pada nilai-nilai moral dan agama. Meski ada Perda 15/1978 yang melarang para peziarah melanggar tata norma susila, agama dan hukum dengan sangsi denda dan kurungan badan tetapi aturan itu tak pernah dijalankan, buktinya hingga saat ini belum ada seorangpun yang pernah terkena sangsi justisi tersebut. Pelanggaran-pelanggaran dengan mudah dapat kita temukan di tempat- tempat sekitar makam, di bawah-bawah pohon yang rindang laki perempuan non suami istri bebas melakukan aktifitas seksual dengan menggelar tikar yang disewanya dari anak-anak kecil yang menawarkan jasa itu, atau kalau mau lebih nyaman mereka bisa menyewa kamar-kamar yang sengaja disewakan oleh pemilik-pemilik barak yang ada disekitar makam. Bahkan bagi laki-laki yang tak mempunyai pasangan dengan mudah bisa menemukan "lawan main" yang menawarkan jasanya dengan imbalan uang.
Pelacur-pelacur ini berbaur dengan para pengunjung atau memang telah disediakan oleh
pemilik-pemilik barak. Jumlah barak yang yang beridentitas sebagai warung "lengkap" ada sekitar 50 buah. Memang sangat sulit untuk membedakan antara wanita pelacur dengan wanita yang betul-betul melakukan ritual seks, juga sama sulitnya untuk membedakan antara laki-laki hidung belang dengan laki-laki peziarah karena pada malam Jum'at Pon atau malam Jum'at Kliwon ada ribuan pengunjung yang datang di tempat ini dan tentu mereka datang dengan
bermacam-macam kepentingan.

Pemda Sragen seakan tak mau tahu saja dengan keadaan tersebut, mungkin yang terpenting pemerintah daerah bisa mengambil keuntungan banyak dari retribusi masuk yang dijual dengan harga Rp. 750,- . Pendapatan yang diperoleh Pemda dari Gunung Kemukus memang paling banyak dibandingkan dengan daerah wisata yang lain di Sragen, misalnya Museum Sangiran atau Taman Rekreasi Kedung Kancil. Sebagai catatan dapat dikemukakan dari pemasukan Rp. 23 juta pada tahun anggaran 1986-1987, yang 15 juta adalah hasil pendapatan Gunung Kemukus. Sadar bahwa daya tarik seksual terdapat pada Kemukus, mitos-mitos tentang Pangeran Samudro yang simpang siur ini dipelihara aman oleh Pemda Sragen dengan menerbitkan brosur yang dijual kepada para pengunjung. Walaupun brosur itu sudah tidak kita jumpai sekarang tetapi pengaruhnya masih terasa pada orang-orang yang sudah terlanjur mempercayainya sehingga kabar inipun terus berlanjut dari mulut ke mulut.
Melihat situasi yang salah kaprah di Kemukus, penulis mengambil kesimpulan bahwa Wisata Kemukus adalah wisata yang tak jelas identitasnya dan cenderung sebagai wisata seks daripada wisata kesimpulan ini:
1. Menjamurnya seks bebas di Gunung Kemukus dibiarkan saja oleh pihak Pemda, tak ada niat baik dari pihak Pemda untuk menegakkan Perda 15/1978 dengan tindakan-tindakan yang nyata. Perda ini seolah-olah hanya sebagai papan peringatan yang tak berarti.
2. Mitoligisasi yang dilakukan Pemda dengan membuat brosur yang menceritakan legenda Pangeran Samudro sebagai "pahlawan yang patut dicontoh" telah memperparah kesalahpahaman masyarakat terhadap sejarah yang sebenarnya. Pemda dengan seenaknya membuat ceritera yang tidak jelas asal-usulnya. Ada salah seorang sumber yang mengatakan bahwa legenda versi Pemda Sragen itu adalah cerita yang sengaja dibuat untuk membohongi masyarakat. Cerita rekayasa ini dibuat untuk promosi menarik pengunjung, dengan demikian pendapatan Pemda dari tempat wisata ini akan meningkat. Tindakan ini telah melanggengkan idiom-idiom seks dari persyaratan laku ziarah yang mirip dengan ritual purba itu.
3. Terjadi banyak pergeseran nilai, yang kemudian dikukuhkan dalam bentuk-bentuk tradisi. Aliran animisme dan dinamisme yang kini lebih banyak muncul, kepercayaan pada logika dan kekuatan iman tumbuh dalam dimensi yang sempit. Banyak manusia yang lari dari kekuatan pribadinya, jatuh pada lambang-lambang yang sebetulnya tak terungkap secara utuh. Orientasi hidup, agaknya beru bah menjadi makin individual. Jika dulu semadi atau menepi untuk keseimbangan jagat (besar atau kecil) yang kemudian diimplementa sikan dalam realitas sosial, sekarang untuk bagaimana caranya
meningkatkan kesejahteraan sosialnya sendiri.

Sumber : Humas Pemda Sragen
Stanley, Seputar Kedung Ombo,Y. GENI dan LBH Indonesia, Ceta kan Pertama, 1990.
Tim Wartawan Kompas, Peziarahan di Jawa, Daripada Untung tapi Lupa, Lebih Baik Ingat Waspada, Kompas, 2-12-1984.
Bonglin, Saefudin, Wisata Mesum Malam Jumat Pon di Sragen, Gunung Kemukus Hasilkan Rp 7 Juta, Suara Merdeka 18-11-1984.
Wahjoedi, HR. Kenali Daerah Wisata Jateng (Kab. Sragen), Punya "Balung Buto" dan "Gethek" Jaka Tingkir untuk "Obat Kuat", Suara Merdeka, 2-8-1984.
Wirodono, Sunardian, Kemukus: Antara Wanita dan Angka Nujum, Kedaulatan Rakyat 31-2-1988.
Yulianto, I, Pariwisata Spiritual Menjual Obyek Sejarah, atau Menawarkan yang Lain?, Kedaulatan Rakyat, 20-9-1992.
Wirodono, Sunardian, Pangeran Dengan Banyak Versi, Kedaulatan Rakyat, 31-8-1988.
Tulisan ini disampaikan pada Pelatihan untuk Aksi Kepariwisataan di Indonesia, yang diselenggarakan oleh YMCA Solo, 8-18 Agustus 1994 di Yogyakarta.


Read More......