Sunday, April 22, 2007

KASTA ADALAH OMONG KOSONG


Nongkrong merupakan suatu kebiasaan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat urban. Ditempat nongkrong mereka bebas untuk berpendapat dan lepaskan semua kejenuhan

Kebiasaan nongkrong dan bergadang di pinggir jalan oleh berbagai kalangan sudah dianggap sebagai hal yang ketinggalan zaman. Di tempat-tempat tersebut cenderung timbul dampak negatif, tetapi tidak dipungkiri juga banyak suatu kelompok tercipta dari tempat-tempat tersebut karena kesamaan ide dan gaya hidup yang mendorong kelompok tersebut bertindak kreatif, untuk menghidupkan suasana yang ada. Bahkan banyak karya-karya besar tercipta dengan lugas dari jalanan.

Tetapi makin banyaknya kelompok baik asli daerah atau pendatang terutama para mahasiswa dari luar kota menambah keragaman yang ada, sehingga tercipta secara otomatis interaksi timbal balik, langsung dan tidak langsung. Dari hal tersebut akan muncul kecenderungan suatu kelompok untuk berkembang dan mendominasi tempat tersebut, sehingga akan muncul rasa menguasai wilayah tersebut bahkan ingin menaklukkannya, dengan adanya berbagai macam pergesekan kepentingan bahkan akan menjalar menjadi bentrokan fisik antar kelompok untuk mempertahankan wilayah.
Dengan adanya dominasi kelompok besar akan membuat tersisihnya kelompok-kelompok kecil yang biasanya merupakan komunitas pendatang sehingga mereka mulai melirik tempat lain yang lebih nyaman, lebih santai sehingga dapat mengurangi suatu kontak fisik dengan kelompok lain. Alternatif yang ada mereka akan mencari tempat yang nyaman, banyak dari mereka cenderung lari ke warung-warung kopi untuk tempat nongkrong.
Warung kopi yang jelas merupakan tempat untuk minum kopi, tapi tidak menutup kemungkinan sebagai tempat untuk ngobrol dengan santai. Tidak jelas dari mana warung kopi itu muncul, masalahnya banyak daerah-daerah di Indonesia yang masyarakatnya gemar minum kopi bersama saudara teman bahkan keluarga, mereka bisa dengan santai melepas kepenatan yang ada. Di Indonesia banyak ditemukan masyarakat yang masih memiliki kebiasaan minum kopi bersama-sama terutama di daerah Jawa Timur.
Budaya itu sekarang ini mulai gencar kembali diberbagai daerah, tidak luput di Yogyakarta, sebagai kota budaya dan pendidikan banyak pendatang yang membawa kebiasaan ngopi sehingga mereka banyak ambil andil dalam perkembangan warung kopi. Perubahan tersebut merupakan dampak dari peralihan tempat nongkrong mahasiswa-mahasiswa yang merasa tidak nyaman lagi untuk nongkrong di pinggir jalan atau tempat umum karena adanya dominasi kelompok-kelompok besar dari daerah.
Di warung kopi yang semula hanya untuk tempat minum kopi sambil ngobrol ringan, dan menghabiskan waktu dengan santai, sekarang ini telah berubah menjadi tempat untuk berinteraksi antar person maupun kelompok. Dengan demikian banyaknya mahasiswa yang datang dan nongkrong hanya untuk berbincang baik obrolan ringan hingga obrolan politik, musik, sastra, ideologi bahkan masalah konsolidasi perasaan antara dua insan adam dan hawa, biasa dilakukan dengan santai di warung kopi karena didukung situasi yang nyaman dan romantis.
Beranjak dari warung kopi sebagai sarana untuk komunikasi antar person dan kelompok sering menciptakan kelompok-kelompok kreatif, misalnya adanya perkumpulan pelawak mahasiswa, bend. Bahkan di Jakarta ada suatu kelompok yang menggunakan nama warung kopi sebagai nama grup lawak”Warkop DKI” mereka adalah salah satu komunitas yang tercipta karena kesamaan pendapat dan ide, karena mereka merasa nyaman berlama-lama nongkrong di warung kopi sehingga mereka bebas untuk berkarya.
Dengan adanya hal-hal tersebut akan menuntut pemilik warung kopi untuk mulai kreatif dan mulai mengadakan pembenahan dari menu yang disajikan sampai tempat yang dirubah sedemikian rupa untuk menarik perhatian pelanggan, sehingga karena pemilik warung kopi terlalu konsentrasi ke pembenahan tempat, tidak sedikit warung-warung kopi terkesan hanya menjual tempat bukan tujuan utama yaitu sebagai tempat untuk menikmati kopi. Hubungan antara nyamannya tempat dan menu yang disajikan akan menambah ramainya warung kopi dan menjadi daya tarik tersendiri dari warung kopi tersebut.
Sekarang bukan hanya masyarakat umum dari golongan menengah saja yang mulai tertarik datang ke warung kopi bahkan tidak menutup kemungkinan para mahasiswa sampai pengusaha hingga para pegawai mulai merambahi warung-warung kopi yang ada. Dengan santai mereka dapat menghabiskan waktu dan melepaskan kepentan yang ada karena aktifitas mereka yang sibuk.
Sebenarnya fenomena menjamurnya warung kopi adalah hal biasa dan sering kita temukan di kehidupan, tetapi karena perkembangan dan sajian yang beda membuat daya tarik tersendiri dari warung kopi tersebut. Banyak dari warung kopi yang mencari tempat strategis untuk membuka usaha sehingga banyak diantaranya memilih tempat-tempat di daerah terpencil dan jauh dari jalan besar untuk mengurangi kebisingan dan suasana membosankan.
Entah ini suatu perkembangan budaya atau suatu kebiasaan sehingga adanya warung kopi di Yogyakarta merupakan salah bentuk akulturasi budaya. Banyaknya kelompok dari daerah urban yang merasa lagi tidak nyaman nongkrong di pinggir jalan karena suatu dominasi kelompok besar yang cenderung ingin menguasai daerah itu sehingga membuat kelompok pendatang cenderung pindah dan mencari tempat-tempat nyaman salah satunya adalah warung kopi.

No comments: