Thursday, May 3, 2007

Pematang dan Ingatanku

Rasa rindu pancarkan ragu, membalik arahnya tak ingin kuingkari rasaku dalam kenangan itu kau pernah membuatku temukan jati diriku beri kesegaran darah otakku menuju pikiran kedepan.

Pancaran bulan purnama malam ini aku duduk dengan santai dipematang sawah sambil memandang kelangit, terpesona serta keheranan warna yang memerah di kelumuni hitamnya langit malam ini. Sebatang rokok ku hidupkan sembrani teringat masa-masa kecil dimana aku sering diajak bapakku mengolah sawah keluargaku. Suasana terik siang hari tidak membuatku untuk berpikir berhenti bermain kala itu..........


Berawal dari perpindahan tempat kerja bapak dan ibu aku terpaksa ikut dari Yogyakarta ke lereng merbebu Pakis salah satu desa di pedalaman yang belum tersentuh oleh modernisasi.

Waktu itu usiaku sekitar 7 tahunm, pemandangan yang beda serta lingkungan yang baru. Perhatianku tertuju pada segrombolan anak-anak yang sedang membawa pistol-pistolan dari pelepah daun pisang, waktu itu aku begitu terkejut dan heran “kok bisa buat mainan seperti itu apa gak lebih enak beli pistol dari plastic” saat itu juga dengan langkah malu-malu aku berjalan menghampiri sekelompok anak tadi dan meminta salah satu pistol itu, pikirku kampungan banget.

Tapi aku melihat mata dari salah satu anak tadi seolah dia ingin menayakan sesuatu tapi sebelum di tanya sama aku aku dah dipanggil ibuku, dipanggil untuk tidur siang maklum saat itu aku lagi mengalami sakit paru-paru yang agak parah penyakit ini pun sampai sekarang masih menghantuiku.

Entah apa yang akan terjadi ditempat itu, dengan semua yang serba baru aku mulai diperbolehkan main sama anak-anak kampung tadi, begitu banyak pengalaman yang kudapatkan sampai-sampai pada satu waktu saat bapakku sedang menggarap sawah aku diajak dan dibiarkan main disawah yang penuh Lumpur dan air disana aku mencoba semua hal yang baru. Senang hati ini saat aku naik diatas punggung seekor kerbau yang sedang membajak, begitu pelan namun pasti seolah apa yang menjadi bebannya tak terasa karena kerbau tadi begitu pintar menyembunyikan letihnya. Letih untuk menarik bajak dan letih untuk berjalan.

Hari demi hari terlewati tanpa terasa hingga saat usiaku 10 tahun dan sudah sekolah SLTP keluargaku pindah lagi kedaerah Salaman desa juga tapi tempat ini sudah ada perkembangan yang pasti lebih maju. Aku sekolah di SLTP N 1 Salaman yang sekarang telah menjadi sekolah favorit (SNN), tapi dari situ juga aku dapat teman-teman yang absud yang hidupnya Cuma ingin bahagia dengan minuman, narkoba, serta teman-teman yang suka malak (nodong temen sendiri), entah mengapa aku ikut teman-teman tadi padahal dengan hidup yang biasa-biasa aku bisa dapatkan sesuatu yang lebih dari orang tuaku.

Hariku aku isi dengan sekolah dan nongkrong sambil mabuk-mabukan, setelah mabuk cari gara-gara dengan teman-teman sekolah lain dan akhirnya tawuran juga. Pernah suatu hari dimana aku sendirian pulang dari sekolah di hadang oleh sekitar 8 anak, itupun kakak kelasku sendiri yang dulu pernah aku pukuli. Antara perasaan takut dan minder aku berjalan saja melintasi mereka ternyata apa yang ada dalam pikirku benar terjadi kalau salah satu anak tadi ada yang gak terima denganku dia ingin mengajak berantem secara satu lawan satu, apa boleh dikata jiwa seorang laki-laki yang lagi bergejolak-gejolaknya menerima dengan agak sombong tantangan tadi karena aku berfikir seumpama aku kalah sekarang suatu saat kalau ada waktu yang tepat akan aku balas entah dengan cara apa. Pola pikir ini juga masih kugunakan sampai saat ini, lawan dan balas atau lawan dan hancurkan dengan segenap kekuatan yang ada serta percaya pada diri sendiri, suatu semboyan yang keras dan egois.

Di SLTA aku sempat juga mengalami beberapa masalah Karena kelakuanku yang aneh ini 3 SLTA aku jalani. Yang pasti orang tuaku pusing ha..ha..(Sory Ibu)

Dari SLTA ini aku mulai mengenal teman cewek yang kehidupanya sangat beda dengan ku ternyata cewek dapat nenangin aku. Cewek yang pertama kali pernah dekat denganku bisa dikatakan pacar pertamaku bernama Nia Pramita Sari berjilbab dan pandai mengaji. Seolah aku seperti menemukan sosok bidadari penyelamat yang serta-merta selalu mengingatkanku saat aku tak sadarkan diri karena air beralkohol, setiap hari dia selalu setia menungguku pulang sekolah biarpun aku selalu berpakain santai tanpa rapi.

Berjalan berdua ditrotoar yang belum jadi waktu itu sempat membuatku berfikir aku orang yang beruntung. Teringat kejadian itu ternyata rokokku habis terpaksa pikiranku pindah lagi kesebungkus rokok ini aku ambil dan membakarnya lagi serta mengingat kejadian-kejadian waktu itu. saat aku merasa bahagia tak terasa aku juga telah lulus SLTA, rencana waktu itu aku langsung kul tapi rencana tinggal rencana, karena emosi sesaat aku harus menunda cita-citaku.

Aku balik keYogyakarta dan aku juga masuk kekehidupan penyadaran ruang dimana semua penjahat sampai preman ada salang meratapi nasib dan sama-sama menyesal.

Setelah aku keluar akuputuskan balik ke Salaman saja dan mulai dari awal lagi saat itu aku mancari Nia ternyata dia sudah pindah keSolo.

Tahun 2005 aku mulai kuliah dan menemukan cewek yang Cuma kukejar 2 hari tapi dengan cewek tadi aku Cuma berjalan 2 minggu entak mengapa aku merasa gak ada rasa pikirku masih ke Nia. 1 tahun aku kuliah aku tidak dapat apa-apa tentang arti teman terlebih hidup dan belajar. Saat beranjak semester 3 aku mulai cari yang lain di luar bangku kuliah, Magenta dan Ekspresi dua komunitas yang kudiami.

Ternyata sosok Nia hilang dan pikirku saat itu hanya belajar, ternyata yang pikirkan beda aku mencoba dekat dengan dua cewek yang memiliki karakter berbeda dengan Nia lebih egois dan yang satunya lagi lebih manja. Bingung juga tapi akhirnya aku memutuskan Cuma konsen sama satu saja. Entah pilihanku salah pa memang ini yang digariskan sampai saat ini aku duduk di pematang sawah dia tetap bersinar di atas awan yang semakin menghitam.

No comments: