Thursday, August 23, 2007

Unsur Api (dalam sifat dasar makhluk-NYA)

Dalam renungan di bukit yang dipenuhi pohon bambu ini aku berfikir dan ingin menorehkan sebuah kegelisahan yang ada dalam kepala tentang tingkah polah manusia yang semakin hari semakin panas saja bak bara api yang tanpa henti berkobar. Unsur api yang terus menghancurkan tetap ada dalam diri manusia apalagi yang jauh dari agama, manusia ini sangat dekat dengan permasalahan, kejahatan dan persoalan-persoalan lain. Memang setiap manusia pasti mempunyai problem masing-masing, entah itu sangat membebani atau persoalan ringan yang tidak terlalu di fikirkan oleh manusia.

Dapat kita lihat semua makhluk ciptaan-NYA semua pasti mempunyai unsur api baik itu malaikat, jin, bahkan setan. Dapat kita lihat bahwa semua makhluk-makhluk itu mempunyai sifat yang tidak lepas dari asal mereka diciptakan. Perbedaan menonjol antara manusia dan malaikat, jin dan setan hanya pada bentuk fisik, manusia mempunyai bentuk fisik nyata dan memiliki cipta, rasa dan karsa. Semua itu tidak lepas dari sifat tanah liat yang dapat dibentuk dan diubah sesuai keingian dan sangat sulit dibuat bentuk yang sama.

Makhluk yang ada terbagi atas beberapa unsur satu dan dua, yang masuk pada unsur satu adalah malaikat, jin, setan, sedangkan manusia masuk pada unsur kedua.


Makhluk yang ada pada unsur satu, bisa hidup tanpa makan karena tidak memiliki fisik atau raga yang bisa rusak dan mati. Sedangkan ruh tidak akan pernah bisa mati, tidak terkecuali ruh manusia. Mengenai unsur yang membentuk atau awal dari ruh adalah cahaya, sedangkan cahaya ada karena adanya pancaran panas (bisa dikatakan adanya pancaran api) dari api ini dapat kita jabarkan menjadi beberapa unsur yang ada, semisal unsur pembentuk setan yaitu api itu sendiri. Sedangkan jin tercipta dari baranya api dan para malikat tercipta dari cahaya atau nur yang bersumber dari api juga. Tidak luput ruh manusia pun tercipta dari cahaya atau nur itu sehingga kita percaya bahwa ruh kita tidak mungkin rusak atau mati.

Dilihat dari segi kebatinan bahwa mati merupakan terpisahnya raga secara fisik dengan jiwa atau ruh dimana dari segi ketahanan atau usia fisik manusia normal hanya bisa bertahan sekitar kurang lebih 99 tahun, biar pun ada beberapa orang yang memiliki umur melebihi itu dari itu. Tidak lepas dari proses kematian tadi bahwa jiwa atau ruh kita jika sudah tidak mau menempati raga kita yang kian lama kian rusak sehingga perpisahan antara ruh dan raga itu sering kita katakan kematian karena unsur kedua dari manusia sudah terlepas dari unsur pertama.

Unsur pembentuk manusia yang tercipta dari tanah liat telah rusak dan harus kembali pada asalnya sehingga manusia mati harus kita kubur agar unsur tanah kembali pada tanah, sedangkan ruh atau jiwanya masih menunggu sampai hari kiamat, bahkan tidak akan pernah mati atau sirna. Lain dengan orang gila, mereka hanya menanggung beban didunia saja. Untuk urusan ruh dan jiwa tidak diketahui. Dimaksud dengan orang gila adalah orang yang tidak memiliki akal, cipta, rasa, dan karsa, sehingga orang itu hanya mengandalkan insting dan belas kasihan orang. Jika dalam pengertian seperti itu sudah dapat dimengerti maka urusan tentang jiwa dan raga merupakan urusanNYA.
Dapat kita lihat lagi tentang apa sebenarnya yang ada pada manusia, malaikat, jin, bahkan setan. Manusia dapat mempunyai sifat-sifat seperti malaikat, jin bahkan bisa melebihi setan tergantung lagi pada tingkat keimanan dan seberapa dalam dia tahu agama yang merupakan sebuah arahan hidup menuju keabadian.

Pemikiran ini mungkin sudah diulas oleh beberapa tokoh ulama, setidaknya ini merupakan ulasan yang sangat ringan dalam pengartiananya sebagaimana manusia dibekali akal untuk secara terus menerus berfikir cerdas. Dalam proses berfikir itu, manusia pasti menemui beberapa pengalaman baru yang tidak akan terulang lagi dalam hidup. Sampai pada titik di mana manusia dapat berfikir dalam pencarian Tuhan dalam logika biar pun hal tersebut tidak mungkin dilogika.

Dalam proses ini sedikit banyak akan timbul bermacam-macam ilmu pengetahuan yang sebenarnya sudah dijelaskan secara mendasar dalam Al Quran. Sebagai manusia yang haus akan ilmu pengetahuan, setidaknya dapat membedakan masalah yang bisa dilogika dengan akal dan yang tidak bisa dilogika, agar dalam pencarian kebenaran itu tidak terjerumus dalam paham-paham yang keluar agama.

Manusia yang haus akan ilmu yang ada di dunia ini sebenarnya sudah tidak lepas dari sifat dasarnya yang mudah untuk dibentuk dan singkronisasi antara jiwa dan raga sangatlah sebentar dalam kehidupan ini. Jiwa manusia atau yang sering kita kata sebut ruh merupakan gambaran dalam kehidupan yang merupakan adanya beberapa sifat dasar seperti nafsu. Yang selama ini terus-menerus membisiki kita untuk melakukan sesuatu entah itu baik atau buruk. Ruh dalam ajaran Islam dipercaya terbuat dari cahya yang memiliki sifat lurus dan patuh.

Dan yang memiliki sifat sama dengan sifat cahaya tersebut dapat kita percaya dengan sifat-sifar malaikat yang selalu taat akan apa yang diperintahkan oleh-NYA, tanpa ada tanya dan komentar karena malaikat tidak memiliki sifat nafsu yang selalu mengarahkan untuk berfikir dengan logika. Malaikat tidak mengenal apa yang disebuat dengan logika karena apa yang tidak malaikat sendiri tidak dapat dilogika kita hanya harus percaya dengan keberadaanya.

Tidak dapat kita pungkiri, memang manusia mempunyai sifat hawa atau yang sering kita sebut nafsu setan. Memang benar nafsu setan tidak akan hilang dalam diri manusia. Dalam beberapa konteks ilmu agama dan ilmu pegetahuan alam tentang hubungan antara hukum api dan cahaya tidak akan ada habisnya terus beriringan sejajar dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Dapat dilihat secara logika tentang adanya cahaya dalam kehidupan ini. Satu-satunya sumber cahaya dapat dikatakan adalah api. Dilihat dari segi logika, apabila ada api yang hidup maka daerah sekitar tersebut pasti akan tampak terang biarpun hanya radius beberapa meter saja karena adanya cahaya yang terpancar dan dapat tertangkap oleh mata kita.


No comments: