Tuesday, August 14, 2007

Pendidikan dan Kerja Kita


Memperingati kemerdekaan RI yang ke-62 banyak kemeriahan didaerah-daerah bahkan wilayah pedalaman pun ikut serta dalam kebahagian Indonesia ini. Dalam perjalanan yang lama ini beberapa banyak warisan yang ditinggalkan orde lama, orde baru, dan orde revormasi untuk anak cucu kelak. Sedangkan saat ini kita tidak henti-hentinya menghabiskan sumber daya alam dan bahkan alam yang hijau dan subur ini telah di rusak untuk keperluan segelincir orang saja.
Mungkin suatu nyanyian waktu kecil yang berjudul PAK TANI saat ini sudah tidak pantas lagi dilantunkan oleh anak-anak sekolah dasar, karena sawah dan lading yang ada di Indonesia saat ini hilang menjadi bangunan yang tinggi bahkan anak penggembala pun menggembala di jalan raya dan MOL. Betapa indahnya dulu kala mendengar dongeng kakek, nenek kita yang teru menceritakan kehidupannya waktu mereka masih anak-anak, dengan wajah tersenyum seolah mereka mengejek kita karena sekarang kita tidak bisa lagi bermain seperti mereka. Saat ini semua permainan anak-anak sudah dibuat praktis sedangkan beberapa permainan tradisional daerah hanya tinggal kenangan kakek nenek kita.



Pendidikan pun saat ini terlihat praktis dan semakin rendah nilai sakralnya dalam dunia kerja biarpun mata pelajarannya semakin membuat otak kanan kita bekerja ekstra, dari jam 07.00 sampai 13.30 rata-rata anak belajar disekolah sedangkan waktu untuk bermain dengan alam hanya minggu padahal hari minggu anak-anak sudah disuguhi acara anak oleh beberapa setasiun TV yang ada sehingga anak cenderung duduk berlama-lama di depan TV. Sebenarnya apakah ini yang disebut kemajuan pembangunan memang apabila kita dapat memfaatkan dengan baik dan mendapat bimbingan yang tepat kita dapat maju, sedangkan yang bisa seperti itu saat ini hanya anak-anak kota. Tanpa menyadari bahwa perbandingan usia anak yang tinggal di kota dan desa adalah 5 : 2, lima untuk anak desa dan dua untuk anak kota. Dari lima itu pun hanya sekitar 2 yang dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sedangkan 3-nya hanya menjadi petani, ada juga yang merantau dan berwirausaha. Untuk anak kota dapat terbagi 1 bisa kepeguruan tinggi dan yang satu lagi kerja swasta bahkan nganggur.
Pedidikan yang diterima anak-anak tadi pun hanya sekitar 30% yang dinyatakan menjadi tenaga kerja provesional sedangkan 70%nya entah kerja jadi apa. Kebanyakan yang ada didalam masyarakat ada yang berwirausaha bagi yang punya modal sedangkan laininya bekerja serabutan yang tidak sesuai dengan bidangnya.
Berkiblat kedunia barat memang dunia pendidikan bangsa ini sangat jauh tertinggal dan terbelakang , kemana kebenaran cerita kakek nenek kita saat mengekspor tenaga pendidik keluar negeri pada zaman orde lama apa itu hanya kenagan masalalu saja. Sedangkan saat ini Malaysia sudah jauh mendahului kita dalam segala bidang. Memang Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang tenaga kerja tetapi hanya tenaga kerja kasar atau buruh. Padahal permintaan yang berlaku dipasaran adalah tenaga kerja professional, terampil dan minimal pendidikan D3 perguruan tinggi. Dilihat dari situ semua memang untuk bangsa ini mampu tapi kenyataan dilapangan tidaklah begitu karena beberapa masalah yang kompleks misalnya masalah dana, koneksi dan pungli sangatlah terbuka dan terang-terangan dalam dunia kerja khususnya pegawai negeri (PNS).
Pungutan liar yang ada dalam setiap pendaftaran PNS sudah menjadi rahasia publik itupun jumlahnya mencapi puluhan juta rupiah padahal dari pemerintah sudah mengumumkan tidak adanya uang pendaftaran sampai dinyatakan diterima dan mendapat SK. Memang ada yang mulus tidak menggunakan uang-uang pelicin itu tapi jumlahnya hanya 25% dari jumlah yang diterima sebagai PNS, terus 75% dengan pelicin itu dapat dilihat dalam beberapa hal di yang dapat dievaluasi dalam penanganan pndidikan di Indonesia yang sedang berjalan saat ini.
Beberapa orang mungkin menyalahkan mahalnya pendidikan yang sangat membumbung tinggi, sedangkan di masyarakat menengah bawah masih bingung untuk mencari sesuap nasi anggapan yang ada dalam masyarakat merupakan hal yang sangat prinsip adalah ekonomi. Banyak potensi orang yang pandai dan mau bekerja keras berasal dari kelas masyarakat menengah dengan biaya yang relative pas-pasan. Dengan perkembangan dunia kerja saat ini dan adanya pasar bebas yang ditawarkan merupakan suatu tantangan tersendiri untuk generasi muda dalam dunia pendidikan kecenderungan berwirausaha adalah dampak dari globalisasi yang ada.
Sekarang ini ekonomi yang sangat berperan dalam hidup bahkan untuk dunia pendidikan yang ada di Indonesia saat ini berorientasi pada persiapapan tenaga kerja, beda dengan dunia barat yang berorintasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan provesionalisme manusia. Indonesia saat ini baru mencapai pada tahap tenaga kerja trampil. Kekurangan masih menjadi alasan yang kuat untuk menyembunyikan kelemahan itu.
Apa jadinya apabila dalam departemen pendidikan yang sudah mendapatkan 20% anggaran dari RAPBN belum terrealisasi dengan tertib. Nyatanya ada beberapa sekolah di tingkat desa dan kota yang masih memungut biaya pendidikan yang tinggi padahal dengan adanya dana BOS dan rehab gedung dari pemrintah diharapkan siswa bebas biaya sekolah dan bebas uang gedung. Kenyataan dilapangan masih saja banyak sekolah yang memungut SPP dari siswa yang ada padahal sekolah itu negeri, harus dipertanyakan juga dan yang dari pemerintah untuk apa dan bagaimana laporannya apa hanya fiksi atau memang dana yang diberikan oleh pemerintah tidak mencukupi semua oprasional sekolah saat ini karena mahalnya alat peraga dan barang-barang yang mendukung pendidikan.
Prihatin juga melihat semua itu sudah 62 tahun Indonesia merdeka tapi bukannya maju dalam pendidikan dan menciptakan orang-orang yang berfikir cerdas untuk bangsa. Bahkan kemajuan yang ada hanyalah kemajuan semu dan merupakan bimbingan dari Negara-negara adikuasa yang selalu diatas kita dan mengendalikan lajunya ekonomi dan dunia pendidikan yang ada saat ini. Mungkin dengan berfikir positif dengan politik dan rasa cinta kepada Negara dapat menyadarkan diri kita dan seluruh bangsa untuk sadar daripenjajahan ekonomi dan pendidikan saat ini.

No comments: